Rabu, 27 Desember 2017

TUGAS PSIKOLOGI SOFTSKILL
TEORI-TEORI MENGENAI KREATIVITAS

KELAS : 3 PA 11
Anggota Kelompok 3:

1.     Fernanda Dwi Prayoga (12515633)
2.     Irfanny Zahara Nasri (17515621)
3.     Puput Syukrina (15515412)
4.     Riko Galih Satrio (15515993)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK/2017


TEORI YANG MELANDASI PEMBENTUKAN PRIBADI KREATIF
Banyak sekali teori yang berusaha menjelaskan pembentukan kepribadian kreatif. Yang akan dibahas disini adalah teori Psikoanalisis, teori Humanistik, dan teori Csikszentmihalyi mengenai kepribadian kreatif yang dapat dipertimbangkan sebagai landasan perencanaan program pendidikan keberbakatan.
A.    Teori Psikoanalisis
Menurut Munandar (2002) Pada umumnya teori – teori Psikoanalisis melihat kreatifitas sebagai hasil mengatasi sesuatu masalah yang biasanya mulai di masa anak – anak. Pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan – gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma. Tindakan kreatif mentransformasi keadaan psikis yang tidak sehat menjadi sehat.
Menurut Basuki (2005) pribadi kreatif dipandang sebagai seorang yang pernah mengalami traumatis, yang dihadapi dengan memunculkan gagasan-gagasan yang disadari dan tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.


1.    Teori Freud
Menurut Freud (dalam Munandar, 2002) kemampuan kreatif merupakan ciri kepribadian yang menatap pada lima tahun pertama dari kehidupan. Sigmund Freud (1856-1939) adalah tokoh utama yang menganut pandangan ini. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme perubahan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide – ide yang  cermat dari dunia, dan karena menghabiskan energi psikis, mekanisme pertahanan biasanya merintangi produktivitas kreatif.
Daftar mekanisme pertahanan yang paling sering terjadi,  Freud percaya bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama kreativitas.
Kaitan antara kebutuhan seksual yang tidak disadari dan kreativitas mulai pada tahun-tahun pertama dari kehidupan. Menurut Freud, orang hanya didorong untuk menjadi kreatif jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual secara langsung. Pada umur empat tahun pada anak timbul hasrat fisik terhadap orangtua dari jenis kelamin yang berbeda. Karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan awal dari imajinasi. Freud menjelaskan banyak karya seni sebagai sublimasi dari seniman. Sebagai contoh, banyaknya lukisan Leonardo da Vinci mengenai Madonna dihasilkan dari kebutuhan seksual dengan tokoh ibu yag disublimasi, karna ia kehilangan ibunya pada usia muda.
Menurut freud (dalam Basuki, 2005) bahwa proses kreatif timbul dari mekanisme pertahanan (deference mechanism). Freud percaya bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kratif, mekanisme sublimasi (yaitu suatu bentuk pertahanan dengan melakukan perbuatan-perbuatan mulia untuk menutupi kegagalan, kegagalan yang lebih dilakukan) justru merupakan penyebab utama timbulnya karya-karya kreatif. Misalnya kebutuhan seksual yang tidak dapat dipenuhi (jadi merupakan kegagalan), maka terjadi sublimasi dan sublimasi ini merupakan awal dari imajinasi.

2.  Teori Kris
Menurut Kris (dalam Basuki, 2005) Mekanisme pertahanan regresi sering memunculkan tindakan kreatif. Orang yang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak sadar. Seseorang yang kratif tidak mengalami hambatan untuk bisa “sikap bermain” mengenai masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif, melakukan regresi demi bertahannya ego.
Menurut Kris (dalam Munandar, 2002) Mekanisme Pertahanan.
a)      Represi            : Secara tidak sadar melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diingat.
b)      Kompensasi                 : Berusaha mengimbangi ketidak mampuan yang diamati secara tidak sadar dengan menonjol pada hal lain.
c)      Sublimasi                     : Jika tidak mampu memenuhi dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas di bidang seni, misalnya menjadi pemain biola.
d)     Rasionalisasi                : Menjadi percaya bahwa suatu kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan sesungguhnya adalah memang hal yang diinginkan, misalnya karena tidak berhasil mendapatkan tiket untuk melihat pertandingan sepakbola kemudian mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak tertarik untuk pergi.
e)      Indetifikasi                  : Ingin menjadi seseorang dengan menerima standar dan nilai orang itu menjadi standar dan nilai diri sendiri.
f)       Introjeksi                     : Menerima standar dan nilai seseorang karena takut untuk tidak sependapat dengan dia.
g)      Regresi                                    : Kembali ke perilaku yang sebelumnya berhasil jika perilaku saat ini tidak berhasil, misalnya menangis ketika mendapat nilai terendah dengan harapan guru akan mengubah nilainya.
h)      Proyeksi                      : Menganggap seseorang memiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari perasaan sesungguhnya terhadap dia.
i)        Pembentukan reaksi    : Menganggap memiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari perasaan sesungguhnya terhadap dia.
j)        Pemindahan                : Jika takut mengungkapkan perasaan terhadap seseorang, perasaan itu diungkapkan terhadap seseorang yang kurang kuasa, misalnya karena takut menyatakan kemarahan kepada atasan, maka marah-marah kepada anak.
k)       Kompartementalisasi  : Mempunyai dua kepercayaan yang saling bertentangan pada saat yang sama, misalnya meskipun ia sebetulnya bodoh, tetapi ia pintar berhitung.

Regresi~~yaitu kecenderungan untuk beralih ke perilaku pada tingkat perkembangan sebelumnya yang memberi kepuasan jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasan juga sering muncul dalam tindakan kreatif. Jika seseorang mampu untuk melakukan regresi ke kerangka berpikir atau pola perilaku seperti anak, rintangan antara alam pikiran sadar dari tidak sadar menjadi berkurang dan bahan yang tidak disadari yang sering mengandung benih kreativitas dapat tembus ke alam kesadaran. Orang-orang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak sadar. Pada umumnya, sebagai orang dewasa kita tidak pernah seperti anak lagi. Sedangkan orang kreatif tidak mengalami hambatan untuk bisa “seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka dapat mempertahankan “sikap bermain” mengenai masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif, mereka melakukan regresi demi bertahannya ego (regression in the survive of the ego).


3. Teori Jung
Menurut Carl Jung (dalam Munandar, 2002) juga percaya bahwa alam ketidak sadaran memainkan peranan yang amat penting dalam pemunculan kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari di bentuk oleh masa lalu pribadi. Selain itu, ingatan kabur dari pengalaman-pengalaman seluruh umat manusia tersimpan disana. Secara tidak sadar kita “mengingat” pengalaman-pengalaman yang paling berpengaruh dari nenek moyang kita. Dari ketidak sadaran kolektif ini timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Proses inilah yang menyebabkan berlanjutnya eksistensi manusia.




DAFTAR PUSTAKA
Munandar, U. (2002). Kreatifitas dan keberbakatan stategi mewujudkan potensi kreatif dan
bakat. Jakarta: PT SUN.
Basuki, H. (2005). Kreatifitas, keberbakatan intelektual dan faktor-faktor pendukung

dalampengembangannya. Jakarta: UNIVERSITAS GUNADARMA.

zahara blog's . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates