TEORI-TEORI MENGENAI KREATIVITAS
TUGAS PSIKOLOGI SOFTSKILL
TEORI-TEORI
MENGENAI KREATIVITAS

KELAS : 3 PA 11
Anggota Kelompok 3:
1. Fernanda Dwi Prayoga (12515633)
2. Irfanny Zahara Nasri (17515621)
3. Puput Syukrina (15515412)
4. Riko Galih Satrio (15515993)
1. Fernanda Dwi Prayoga (12515633)
2. Irfanny Zahara Nasri (17515621)
3. Puput Syukrina (15515412)
4. Riko Galih Satrio (15515993)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK/2017
TEORI YANG MELANDASI PEMBENTUKAN PRIBADI
KREATIF
Banyak sekali teori
yang berusaha menjelaskan pembentukan kepribadian kreatif. Yang akan dibahas
disini adalah teori Psikoanalisis, teori Humanistik, dan teori Csikszentmihalyi
mengenai kepribadian kreatif yang dapat dipertimbangkan sebagai landasan
perencanaan program pendidikan keberbakatan.
A.
Teori
Psikoanalisis
Menurut Munandar (2002) Pada
umumnya teori – teori Psikoanalisis melihat kreatifitas sebagai hasil mengatasi
sesuatu masalah yang biasanya mulai di masa anak – anak. Pribadi kreatif
dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang
dihadapi dengan memungkinkan gagasan – gagasan yang disadari dan yang tidak
disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma. Tindakan kreatif
mentransformasi keadaan psikis yang tidak sehat menjadi sehat.
Menurut Basuki (2005) pribadi kreatif dipandang sebagai
seorang yang pernah mengalami traumatis,
yang dihadapi dengan memunculkan gagasan-gagasan yang disadari dan tidak
disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
1. Teori
Freud
Menurut Freud (dalam Munandar, 2002)
kemampuan kreatif merupakan ciri kepribadian yang menatap pada lima tahun
pertama dari kehidupan. Sigmund Freud (1856-1939) adalah tokoh utama yang
menganut pandangan ini. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme perubahan, yang merupakan upaya tak sadar untuk
menghindari kesadaran mengenai ide – ide yang
cermat dari dunia, dan karena menghabiskan energi psikis, mekanisme
pertahanan biasanya merintangi produktivitas kreatif.
Daftar mekanisme
pertahanan yang paling sering terjadi, Freud percaya bahwa meskipun kebanyakan
mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama kreativitas.
Kaitan antara kebutuhan
seksual yang
tidak disadari dan kreativitas mulai pada tahun-tahun pertama dari kehidupan.
Menurut Freud, orang hanya didorong untuk menjadi kreatif jika mereka tidak
dapat memenuhi kebutuhan seksual secara langsung. Pada umur empat tahun pada
anak timbul hasrat fisik terhadap orangtua dari jenis kelamin yang berbeda.
Karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan awal dari
imajinasi. Freud menjelaskan banyak karya seni sebagai sublimasi dari seniman. Sebagai contoh,
banyaknya lukisan Leonardo da Vinci mengenai Madonna dihasilkan dari kebutuhan
seksual dengan tokoh ibu yag disublimasi, karna ia kehilangan ibunya pada usia
muda.
Menurut freud
(dalam Basuki, 2005) bahwa proses kreatif timbul dari mekanisme pertahanan (deference mechanism). Freud percaya
bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kratif,
mekanisme sublimasi (yaitu suatu bentuk pertahanan dengan melakukan
perbuatan-perbuatan mulia untuk menutupi kegagalan, kegagalan yang lebih
dilakukan) justru merupakan penyebab utama timbulnya karya-karya kreatif.
Misalnya kebutuhan seksual yang tidak dapat dipenuhi (jadi merupakan
kegagalan), maka terjadi sublimasi dan sublimasi ini merupakan awal dari
imajinasi.
2. Teori
Kris
Menurut Kris (dalam Basuki, 2005) Mekanisme pertahanan regresi sering
memunculkan tindakan kreatif. Orang yang kreatif menurut teori ini adalah
mereka yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak sadar.
Seseorang yang kratif tidak mengalami hambatan untuk bisa “sikap bermain”
mengenai masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian mereka mampu
melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif, melakukan regresi
demi bertahannya ego.
Menurut Kris
(dalam Munandar, 2002) Mekanisme Pertahanan.
a) Represi
: Secara tidak sadar melupakan
pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diingat.
b) Kompensasi
: Berusaha mengimbangi
ketidak mampuan yang diamati secara tidak sadar dengan menonjol
pada hal lain.
c) Sublimasi : Jika tidak mampu memenuhi
dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas
di bidang seni, misalnya menjadi pemain biola.
d) Rasionalisasi : Menjadi percaya bahwa suatu
kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan sesungguhnya adalah
memang hal yang diinginkan, misalnya karena tidak berhasil mendapatkan tiket
untuk melihat pertandingan sepakbola kemudian mengatakan bahwa sebenarnya ia
tidak tertarik untuk pergi.
e) Indetifikasi
: Ingin menjadi seseorang
dengan menerima standar dan nilai orang itu menjadi standar dan
nilai diri sendiri.
f) Introjeksi : Menerima standar dan
nilai seseorang karena takut untuk tidak sependapat dengan dia.
g) Regresi : Kembali ke
perilaku yang sebelumnya berhasil jika perilaku saat ini tidak berhasil,
misalnya menangis ketika mendapat nilai terendah dengan harapan guru akan
mengubah nilainya.
h) Proyeksi
: Menganggap
seseorang memiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari
perasaan sesungguhnya terhadap dia.
i)
Pembentukan reaksi : Menganggap memiliki perasaan terhadap
seseorang yang sebaliknya dari
perasaan sesungguhnya terhadap dia.
j)
Pemindahan : Jika takut mengungkapkan
perasaan terhadap seseorang, perasaan itu diungkapkan terhadap
seseorang yang kurang kuasa, misalnya karena takut menyatakan kemarahan kepada
atasan, maka marah-marah kepada anak.
k) Kompartementalisasi : Mempunyai dua kepercayaan yang saling
bertentangan pada saat yang sama,
misalnya meskipun ia sebetulnya bodoh, tetapi ia pintar berhitung.
Regresi~~yaitu
kecenderungan untuk beralih ke perilaku pada tingkat perkembangan sebelumnya
yang memberi kepuasan jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi
kepuasan juga sering muncul dalam tindakan kreatif. Jika seseorang mampu untuk
melakukan regresi ke kerangka berpikir atau pola perilaku seperti anak,
rintangan antara alam pikiran sadar dari tidak sadar menjadi berkurang dan
bahan yang tidak disadari yang sering mengandung benih kreativitas dapat tembus
ke alam kesadaran. Orang-orang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang
paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak sadar. Pada umumnya,
sebagai orang dewasa kita tidak pernah seperti anak lagi. Sedangkan orang
kreatif tidak mengalami hambatan untuk bisa “seperti anak” dalam pemikirannya.
Mereka dapat mempertahankan “sikap bermain” mengenai masalah-masalah serius dalam
kehidupan. Dengan demikian mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara
yang segar dan inovatif, mereka melakukan regresi demi bertahannya ego (regression in the survive of the ego).
3. Teori
Jung
Menurut Carl
Jung (dalam Munandar, 2002)
juga percaya bahwa alam ketidak sadaran memainkan peranan yang amat penting
dalam pemunculan kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari
di bentuk oleh masa lalu pribadi. Selain itu, ingatan kabur dari
pengalaman-pengalaman seluruh umat manusia tersimpan disana. Secara tidak sadar
kita “mengingat” pengalaman-pengalaman yang paling berpengaruh dari nenek
moyang kita. Dari ketidak sadaran
kolektif ini timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya.
Proses inilah yang menyebabkan berlanjutnya eksistensi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, U. (2002). Kreatifitas
dan keberbakatan stategi mewujudkan potensi kreatif dan
bakat. Jakarta: PT SUN.
Basuki, H. (2005). Kreatifitas,
keberbakatan intelektual dan faktor-faktor pendukung
dalampengembangannya. Jakarta: UNIVERSITAS GUNADARMA.